Dua Tahun Monas Keadilan di Rahmat Gallery Medan
Medan – Keadilan di negeri ini harus tetap ditegakkan tanpa ada “tebang pilih” dalam menjalankan sebuah proses keadilan, tentunya untuk menegakkan sebuah keadilan harus pula, karena hal ini menjadi akan diwariskan kepada generasi penerus bangsa.
Hal itu disampaikan, pencetus Monumen Keadilan DR H Rahmat Shah yang juga anggota DPD RI dihadapan Ketua DPD H Irman Gusman dalam memperingati dua tahun berdirinya Monumen Nasional Keadilan, Selasa (19/3) di Rahmat Internasional Wildlife Meseum dan Gallery berlangsung sederhana dan kekeluargaan. Dalam peringatan tersebut turut juga dihadiri, Anggota DPD RI lainnya seperti Parlindungan Purba, Darmayanti Lubis, Pangdam I/BB Mayjen TNI Lodewijk F. Paulus, Kapoldasu Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro, Pangkosek Hanudnas III, Kolonel Pnb Sungkono, SE, Msi, Danlanud Soewondo, anggota DPRD Sumut Konsul Negara Sahabat, dan aktivis.
Rahmat Shah menambahkan, dua tahun yang lalu sejarah telah ditorehkan di Medan tepatnya di Rahmat Internasional Wildlife Meseum dan Gallery, dengan berdirinya Monumen Nasional Keadilan yang diresmikan oleh tokoh-tokoh nasional seperti, Prof Bagir Manan Ketua DPD RI pada waktu itu dan Ketua Mahkamah Konstitusi, Menko Kesra, Anggota MPR, DPR, DPD RI, MUI serta para rektor yang ada di Sumatera Utara
” Dengan dibangunya Monumen Nasional Keadilan ini tentunya juga menciptakan sebuah cahaya demi tegaknya keadilan di negeri ini. Atas upaya kita bersama yang tidak kenal lelah dan takut untuk tetap menegakkan suatu keadilan agar negeri ini tetap dipandang berwibawa oleh negara lain, kalau keadilan tersebut berjalan dengan baik,” sebut tokoh masyarakat di Sumatera Utara yang dikenal ramah ini.
Rahmat Shah kembali menyebutkan, dalam proses hukum yang terjadi di negara ini sering adanya proses hukum yang tidak berazaskan keadilan seperti halnya seorang pencuri ayam dihukum tidak pantas dengan apa yang dicurinya, sedangkan bagi para koruptor yang sudah jelas merugikan negara hingga ratusan miliar dihukum sangat tidak pantas dengan apa yang dilakukannya.
“Melalui dua tahun berdirinya Monumen Nasional Keadilan ini, kita tentunya harus berintropeksi diri bagaimana kah keadilan yang selama ini kita harapkan sudah berjalan dengan sesuai aturan. Tentunya masih banyak keadilan itu hanya isapan jempol belaka,” ungkap Rahmat Shah.
Kepedulian dari Ketidakadilan yang Terjadi
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Ketua DPRD RI H Irman Gusman dalam sambutannya menyampaikan, hadirnya Monumen Nasional Keadilan yang sudah memiliki usai dua tahun diprakarsai DR H Rahmat Shah, merupakan suatu bentuk kepedulian atas fenomena-fenomena ketidakadilan yang selama ini terjadi.
” Saya mengharapkan Monumen ini akan menjadi pengingat bahwa negara yang demokratis seperti kita sering kali tidak bisa luput dari prilaku dan kebijakan ketidakadilan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu kepada masyarakat yang lemah, sekaligus juga akan menjadi sumber inspirasi bahwa keadilan merupakan cita-cita luhur yang harus diwujudkan secara nyata, bukan sekadar slogan, jargon apalagi sekadar basa-basi,” ucap Irman Gusman.
Irman Gusman menjelaskan, artinya penegakan keadilan masih jauh dari harapan yang disebabkan oleh kurang bersihnya institusi penegak hukum yang memungkinkan terjadinya praktek suap, sogok dan jual beli perkara ” Di sini berlaku prinsip siapa yang punya uang dan kuasa dapat mengatur keputusan pengadilan. Sungguh ini suatu fenomena yang memprihatinkan di tengah-tengah upaya demokratisasi yang sedang berangsung saat ini,” katanya.
Maka dari itu Irman Gusman menuturkan, dengan adanya Monumen Nasional Keadilan ini dapat menjadi tolok ukur dari penegak keadilan untuk harus berpihak kepada masyarakat yang sangat membutuhkan keadilan” Monumen ini tidaklah hanya sekadar monumen belaka, melainkan monumen ini menjadi cerminan bagi semua kalangan masyarakat untuk tetap menegakkan keadilan,” ungkapnya.
Acara yang juga diisi dengan pagelaran baca puisi oleh anak-anak sekolah dasar dari Tanjung Balai, turut memberikan kata sambutan Gubernur Sumatera Utara, H. Gatot Pujonugroho serta tausiah ringkas oleh K.H.Amiruddin MS, sekaligus menutup acara dengan memimpin doa.