Siswa Tuna Netra Disodori Soal Ujian Umum
Siswa tuna netra peserta Ujian Nasional (UN) SMP di Solo, Jawa Tengah, harus mengerjakan soal ujian umum karena soal ujian braille tidak dibagikan. Selain itu, panitia UN juga tidak memberikan tambahan waktu siswa tuna netra yang menggunakan soal braille.
Karena itu, siswa SMP Yayasan Kesejahteraan Anak-anak Buta (YKAB) Surakarta harus dibantu oleh pengawas untuk membacakan soal UN.
Menurut Kepala Sekolah SMP YKAB, Ali Sobron, karena tidak ada tambahan waktu, sekolah memutuskan untuk memberikan soal untuk siswa umum (soal awas) dan menambah pengawas untuk membacakan soal. Tidak adanya tambahan waktu jelas mempersulit siswa dalam menyelesaikan soal ujian dengan huruf braille
"Tidak adanya tambahan waktu untuk mengerjalan soal braille, dipastikan waktu anak-anak untuk mengerjakaan soal braille tidak cukup," katanya.
Lebih lanjut dia menyebutkan waktu yang diberikan panitia UN untuk mengerjakan soal ujian sekitar dua jam. Padahal, waktu yang dibutuhkan siswa tuna netra untuk mengerjakan soal braille bisa memakan waktu hingga tiga jam lebih.
"Kalau saat ujian nasional dua tahun lalu, waktu pengerjaan soal awas dan braille dibedakan. Jadi siswa yang mengerjakan soal braille mendapat tambahan waktu 20 menit. Tetapi kalau sekarang waktunya sama," katanya.
Atas kebijakan menggunakan soal ujian awas, pihak sekolah tidak berani membuka paket soal UN braille. Bungkusan paket soal tersebut tetap dibiarkan terbungkus rapi dan diletakkan di meja panitia UN SMP YKAB Surakarta.
"Kami tidak berani membukanya. Nanti takut ada masalah. Soal ujian braille ini masih disegel," katanya.
Sementara itu, salah satu siswa tuna netra peserta ujian, Rizqi Ristanto mengatakan, hari pertama ujian untuk mata pelajaran Bahas Indonesia tidak mengalami masalah dengan soal awas. "Tadi pengerjaan soal ujiannya yang dibacakan pengawas tidak ada kesulitan, yang penting bisa memahaminya," kata dia.
Meski demikian, ia sedikit mengeluhkan mengenai soal ujian yang bergambar denah. Pasalnya, ia mengalami kesulitan untuk menggambarkan denah itu.
"Ini kan soal ujiannya bukan braille sehingga saya sulit untuk mengira soal denah itu," kataya.
Selanjutnya, ia juga mengaku sedikit bingung jika nanti ujian mata pelajaran matematika menggunakan soal awas. Pasalnya, dengan soal umum dipastikan akan membingungkan.
“Untuk soal matematika sih lebih enaknya menggunakan soal braille. Kalau pakai soal awas pasti sulit untuk memahaminya karena soalnya dibacakan pengawas," katanya.